Kemarin malam, seusai baca Tahlil- yaasin saya ditanyain sama salah satu Mbak pondok, "Ngopo e salaman ndadak ping telu-an ki? Kesuwen." Mbak nya tanya kenapa kok kalo salaman sama Bu nyai sampai tiga kali (mencium punggung tangan-telapak tangan- punggung tangan lagi), padahal kan antrinya panjang. Itu lumayan lama.
Saya cuma diem aja. Entah kenapa saya kalo dibeginikan langsung gak enak hati.
"Sunnahe po ping telu?" Tambahnya, sambil tertawa ringan.
Saya mau jelasin, tapi kok banyak orang. Jadi saya meng-eggak-an saja. Sebuah awal pemikiran yang bagus bukan kalau mengira itu sebuah kesunnahan?
Mari kita bahas!
Disini saya ingin mencoba menjelaskan, meskipun tak seberapa tolong yang sudah masuk halaman ini selesaikan baca sampai akhir ya, hehe. Adapun nanti diamalkan atau tidak itu bukan urusan saya, tugas saya hanya mencoba menyampaikan itupun sebisa saya. Dengan catatan, saya menulis ini sama sekali bukan untuk menggurui siapapun.
Entah percaya atau tidak Barokah itu ada. Ia tak terlihat, tapi bisa dirasakan dikemudian. Saya pernah mencatat tentang Ngalap Berkah dalam buku catatan pribadi saya.
Begini,
'Telah kita ketahui bersama dalam kitab-kitab Sirah nabawiyyah bagaimana para sahabat berebut untuk mendapatkan tetesan wudlu baginda Muhammad SAW. Beliau tidak pernah sekalipun melarang perbuatan itu. Berkah itu sesungguhnya ada dan bisa diraih lewat perantara orang-orang yang sangat dekat dengan Allah SWT.
Ngalap Berkah atau Tabarruk adalah mengharap tambahan kebaikan dari Allah dengan perantara ruang, waktu, makhluk hidup bahkan benda mati.
Dalam kitab yang sama Imam nawawi menulis setidaknya 11 kali (kalau tidak salah catat) anjuran untuk mencari berkah dari bekas orang-orang saleh. Ini adalah dalil akurat bahwa tabarruk tidak terbatas pada masa hidup Rasulullah dan dianjurkannya bertabarruk dengan orang-orang saleh. Hal ini juga dilakukan Imam syafi'i, beliau bertabarruk pada gamis Imam Ahmad bin Hanbal. Selengkapnya, dalam kitab Tarikh Dimasyqi Ar-rabi'.
Begitulah tabarruk.
Adapun mencium tangan ada tata cara dan maknanya. Dulu waktu SMP, sebelum UN berlangsung kami sekelas berbondong-bondong sowan ke guru-guru kami meminta ziadah doa dan ridho nya. Kami juga pergi sowan ke tempat Abah Yunan (salah satu Kyai di Cilacap) kebetulan saya lupa nama pondok dan daerahnya.
Disana, kami didawuhi banyak sekali. Salah satunya tata cara bersalaman dengan guru.
Abah ngendikan, kalau kalian salaman dengan guru-guru kalian termasuk guru di sekolah ataupun guru kalian di pesantren alangkah baiknya cium tangannya bolak-balik. Abah Yunan sambil mempraktekkan mencium punggung tangan, lalu dibalik mencium telapak tangan bagian dalam.
Abah hanya menjelaskan sesingkat itu, tidak menjelaskan apa filosofinya mencium tangan bolak-balik seperti itu. Acara mau'idzoh selesai. Abah meninggalkan podium, langsung disambut santri yang sowan (kebetulan yang sowan bukan dari sekolah kami saja) berebut telapak tangan beliau untuk mengamalkan apa yang baru saja dingendikakan beliau.
Tidak hanya Abah Yunan, adat di Pondok Pesantren Al-Falah Kalisabuk pun begitu. Sampai Bapak Jumadi, guru mengaji saya di Tarbiyatul Athfal pun mengajari begitu. Indah sekali. -Semoga Allah merahmati Abah yun, Abah zaen dan Bapak jum beserta keluarganya-
Saya hanya manut. Ikutin saja. Berharap suatu saat saya akan tahu maknanya. Benar saja, belum lama ini ada seorang teman yang memposting pengajian Buya yahya tentang makna mencium tangan.
Singkatnya, dalam video tersebut buya menjelaskan bahwa mencium punggung tangan adalah bagian dari adab sedangkan mencium telapak tangan bagian dalam adalah bagian dari bertabarruk.
Buya menyarankan jika bersalaman dengan yang lebih tua, ciumlah punggung tangannya karena itu bagian dari adab. Jangan malah ditempelkan ke pipi atau malah tangan sendiri yang dicium. Kalau kepada Bapak, Ibu, bahkan Kyai atau guru ciumlah telapak tangan bagian dalamnya juga.
Mengapa demikian? Karena telapak tangan bagian dalam digunakan untuk bersedekah, digunakan untuk bersujud, digunakan untuk hal-hal yang baik. Dengan harapan akan menjadi washilah terhadap kebaikan juga.
Wallahu a'lam.
*Kurang lebih begitu alasan saya mengapa saya mencium tangan Bu nyai dengan cara dibolak-balik. Monggo bagi Mbak-mbak atau njenengan semua yang membaca tulisan ini yang mau mengikuti cara mencium tangan guru-guru seperti itu, silakan. Eits, tidak semua guru bisa dicium telapak tangannya ya. Jadi nanti jika ada yang menemui Bapak/ibuk susah dibalik tangannya saat dicium jangan sakit hati dan tetap berhusnudzon ya, hehe.
Belajar mengamalkan sedikit sedikit. Buang gengsi, buang sungkan. Semoga bisa jadi adat yang diturunkan ke keluarga, bukan hanya di pesantren. Nah, yang udah punya suami boleh tuh dipraktekin. Hehe
Maaf terlalu lebay, terlalu menyek-menyek. Jika ada kebenaran yang terselip didalamnya semata-mata karena Allah. Jika ada kesalahan adalah murni kesalahan saya.
Terimakasih, Mbambank. Eh 😆