Minggu, 12 Desember 2021

Feel Depress dan Depression Ternyata Berbeda Lho!


Akhir-akhir ini ada banyak orang yang mengaku-ngaku atau mendiagnosa dirinya mengalami  Depresi, Anxiety Disorder, dan disorder-disorder yang lain. Diagnosa diri mulai terjadi saat literasi Kesehatan mental kian marak digaungkan oleh banyak platform digital yang bersangkutan.

Konten Kesehatan mental bukanlah ajang untuk mendiagnosa diri. Tujuan dari konten Kesehatan mental adalah agar masyarakat awam menormalisasi sebutan “sakit jiwa.” Sakit jiwa bukanlah aib yang harus ditutupi melainkan harus disadari, diterima, dan diobati. Melansir dari Alodokter, menurut dr. Adriana Virani Jeumpa, gangguan jiwa merupakan gangguan mental yang berasal dari gangguan otak, ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku dan persepsi (penangkapan panca indra).

Adapun Sebagian orang yang menyatakan dirinya Depresi, mereka biasanya sedang mengalami tekanan atau tuntutan tertentu yang sangat berat (stress berat yang belum sampai tahap depresi). Padahal, jika tidak ditandai dengan gejala emosi yang terganggu, proses berpikir, gangguan perilaku dan persepsi hal tersebut dinamakan feel depress, contohnya seseorang bilang, “Gue depresi banget nih, tugas kuliah gak ada habisnya!" Feel depress dan Depression adalah dua hal yang berbeda.

Depresi dalam pengertian klinis sendiri orang akan mengalami:

Perubahan suasana hati: apati, kecemasan, kehilangan minat, kehilangan minat atau kesenangan melakukan aktivitas, keputusasaan, kesedihan, ketidakpuasan umum, perubahan suasana hati atau rasa bersalah. Masalah perilaku: agitasi, gelisah, iritabilitas, isolasi sosial atau menangis secara berlebihan. Gangguan tidur:  bangun tidur lebih awal, insomnia, mengantuk secara berlebihan atau tidur tidak nyenyak. Seluruh tubuh: kehilangan selera makan, kelelahan atau lapar yang berlebihan. Kognitif:  kehilangan konsentrasi, keinginan bunuh diri atau kelambatan dalam aktivitas. Berat badan: berat badan naik atau penurunan berat badan. Juga umum terjadi berulang kali memikirkan sesuatu atau nafsu makan yang buruk. (sumber: Mitra Keluarga).

Jika mengalami gejala tersebut maka segeralah mencari Profesional Help (psikolog klinis atau psikeater). Sekali lagi, jangan mendiagnosa diri.

Literasi Kesehatan mental juga bertujuan agar masyarakat umum yang “sedang tidak baik-baik saja” tidak sungkan untuk pergi menemui psikeater atau psikolog. Literasi ini memutus stigma bahwa pergi ke psikeater berarti gila. Padahal saat ini istilah “gila” sudah tidak boleh dipergunakan lagi. Penyebutan bagi orang gila atau skizrofrenia akut telah diubah menjadi ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa).

Akan Panjang lagi jika saya menuliskan perbedaan feel anxious dan anxiety disorder. Anxiety disorder bukan sekedar mempunyai perasaan cemas dan takut akan suatu hal.

Yang mengherankan adalah orang-orang yang mempunyai masalah kejiwaan mereka tidak ingin terdiagnosa dan ingin segera “pulih” tapi, orang-orang normal yang mempunyai perasaan normal mereka ingin terdiagnosis. Andai kalian benar-benar merasakan sakit mental, pasti rasanya seperti pengen meninggoy alias MATI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar